PENERAPAN PENDIDIKAN KRISTEN PERJANJIAN LAMA DALAM ERA MODERN
Ulangan 6 ; 1 – 9
3 Yoh 1 : 4
Pendidikan merupakan topik yang tidak dapat dipisahkan dari sejarah kehidupan manusia. Secara sederhana, pendidikan dapat diartikan sebagai sebuah proses belajar-mengajar, memberikan dan menghasilkan pengetahuan dan keahlian. Sementara itu Samuel Sijabat mengutip definisi dari Ensiklopedi Pendidikan mengatakan bahwa pendidikan dapat diartikan “semua perbuatan dan usaha dari generasi tua untuk mengalihkan pengetahuannya, pengalamannya, kecakapannya, serta ketrampilannya kepada generasi muda sebagai usaha menyiapkannya agar dapat memenuhi fungsi hidupnya baik jasmaniah maupun rohaniah.1 Dengan pengertian di atas, maka setiap orang atau masyarakat pasti terlibat di dalam pendidikan baik itu formal maupun informal. Itulah sebabnya, pendidikan tetap menjadi topik yang sangat penting untuk dibahas.
I. MENGAPA PENDIDIKAN ITU SANGAT PENTING BAGI ANAK
DITINJAU DARI SEGI KEJIWAAN
1. Apa yang dialami seorang anak akan berpengaruh seumur hidupnya. Golongan "Psikoanalisis" berpendapat bahwa pukulan berat yang dialami seseorang pada masa kecilnya dapat memengaruhi kejiwaan dan hidupnya pada masa dewasa. Golongan "Behavioris" juga menegaskan bahwa lingkungan hidup seseorang pada masa kecilnya mempunyai pengaruh yang amat besar.
2. Kepribadian seorang anak akan mudah dibentuk pada usia dini. Masa kanak-kanak memang bersifat lentur, mudah dibentuk. Lingkungan, masyarakat, kebudayaan, pendidikan, dan sebagainya dapat memberikan pengaruh secara langsung atau mengubah kepribadian dan tingkah laku seseorang. Sebab itu, amatlah penting bagi seorang guru untuk sedini mungkin membentuk muridnya dengan kebenaran, supaya sejak kecil teladan hidup Kristus sudah bertunas dan bertumbuh dalam hatinya.
3. Semua segi perkembangan seorang anak perlu mendapatkan pembinaan. Masa kanak-kanak sampai masa remaja merupakan masa perkembangan yang paling penting dalam hidup seseorang. Apabila keluarga dan gereja dapat mendidik mereka dengan baik, mereka pasti dapat bertumbuh dengan wajar dan baik secara jasmani, mental, kepribadian, emosi, pergaulan maupun kerohanian.
4. Kanak-kanak bagaikan selembar kertas putih, yang menunggu orang dewasa untuk mengisinya. Itulah sepatah kata yang termasyhur dari John Locke, pencetus teori "Tabularasa". Ia berpendapat ketika manusia dilahirkan pikirannya seperti selembar kertas yang putih bersih, segala kesan yang diperoleh kemudian melalui sentuhan pancaindera, akan secara bertahap mengisi rasa ingin tahunya, khususnya mengenai inti kehidupan manusia yang harus ia ketahui.
Untuk itulah pada sabat ini sebagai hari pendidikan nasional secara khusus akan membahas pandangan Alkitab tentang pentingnya pendidikan. Menurut Alkitab yang berdasarkan Ulangan 6:1 -9.
Masa anak-anak adalah masa yang sangat penting. Masa ini adalah masa yang tidak akan terulang dan yang memberikan kesan yang paling mendalam serta menentukan masa depan seseorang. Selain itu, anak-anak juga merupakan generasi penerus, baik bagi keluarga, masyarakat maupun gereja. Secara khusus, berkaitan dengan masa depan gereja, anak-anak adalah generasi penerus gereja yang harus diperhatikan dengan sungguh-sungguh. Jatuh bangunnya gereja dimasa yang akan datang sangat ditentukan oleh perhatian dan pendidikan yang kita berikan kepada anak-anak.
Selain itu, Tuhan sendiri sangat menghargai anak-anak. Tuhan Yesus selama pelayanannya dibumi juga sangat menghargai anak-anak. Dia membiarkan anak-anak itu datang kepada-Nya, bahkan Dia menjadikan anak sebagai kriteria masuk surga. Kristus juga memberikan perintah agar murid-murid-Nya “menggembalakan domba-domba kecil-Nya” (Yohanes 21:3). Itulah sebabnya, masalah pentingnya pendidikan anak merupakan topik yang sangat menarik untuk dibahas.
Banyak pakar-pakar pendidikan yang telah membahas akan hal ini Sebagian besar pembahasannya ditinjau dari sudut pandang filsafat pendidikan, sosiologis dan psikologis. Namun, sebagai seorang Kristen, tidaklah salah jika kita juga melihat masalah ini dari sudut pandang Firman Tuhan, khususnya dari Perjanjian Lama.
Perjanjian Lama adalah Firman Allah yang merupakan dasar dan otoritas tertinggi bagi konsep, prinsip dan prilaku manusia. (2 Timotius 3:15-16). Disamping itu, Perjanjian Lama juga sangat memperhatikan pentingnya pendidikan anak. Perintah untuk memperhatikan pentingnya pendidikan anak diberikan Allah sendiri sejak zaman Abraham (Kejadian 18:19), dilanjutkan pada zaman Musa (Keluaran 12:26-27) dan dipertegas kembali dalam Ulangan 4:9 ; 6:1-9; 11:18-21 yang selanjutnya juga menjadi perhatian orang-orang bijak (Amsal 1:8; 22:6; 29:17; Pengkhotbah 12:1). Dengan demikian, sangatlah tepat jika Perjanjian Lama, dijadikan dasar untuk memahami pentingnya pendidikan anak. Salah satu bagian Perjanjian Lama yang perlu dijadikan dasar untuk memahami pentingnya pendidikan anak adalah Ulangan 6:4-9.
Bagi orang Israel, pendidikan -- khususnya pendidikan rohani -- merupakan bagian integral dari perjanjian antara Allah dengan umat-Nya. Ulangan 6:4 memuat "Shema", yaitu doa yang diucapkan dua kali sehari, setiap pagi dan petang dalam ibadah di sinagoge. Ayat ini amat penting karena merupakan pengakuan iman yang sangat tegas akan Tuhan (Yahweh) sebagai satu-satunya Allah yang layak disembah:
"Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa!" (Ulangan 6:4)
Pernyataan ini kemudian langsung dilanjutkan dengan perintah rangkap untuk mengasihi Tuhan dengan segenap hati, jiwa, dan kekuatan mereka (ayat 5), menaruh perintah itu dalam hati (ayat 6), mengajarkannya kepada anak-anak mereka secara berulang-ulang (ayat 7), mengikatkannya sebagai tanda pada tangan dan dahi (ayat 8), dan menuliskannya di pintu rumah dan gerbang (ayat 9).
PENERAPAN PENDIDIKAN PL UNTUK ERA MODERN
Era modern mengubah cara pandang para pendidik Kristen dalam mendidik anak. Toleransi tinggi dan keleluasaan tidak terbatas cenderung menjadi gaya pendidikan saat ini. Sebenarnya justru dalam era modern sekarang, pendidik Kristen harus menerapkan beberapa prinsip dalam Perjanjian Lama yang lebih disiplin dalam hal pendidikan anak.
Tanggung jawab pendidikan Kristen memang bukan tugas yang mudah, baik bagi bangsa Israel pada zaman Perjanjian Lama maupun bagi kita pada zaman sekarang. Setiap zaman memiliki kesulitan dan pergumulan masing-masing, namun prinsip-prinsip dasar pendidikan Kristen yang Alkitabiah tetap bertahan di tengah berbagai teori pendidikan baru yang muncul. Jika orang Israel menafsirkan Keluaran 13:9 atau Ulangan 6:8 secara harafiah dengan mengikatkan tali sembahyang pada lengan dan dahi mereka,
"Hal itu bagimu harus menjadi tanda pada tanganmu dan menjadi peringatan di dahimu, supaya hukum TUHAN ada di bibirmu;" (Keluaran 13:9a)
maka saat ini kita yang sudah mengerti makna sesungguhnya dari perintah ini harus senantiasa merenungkannya dalam pemikiran kita, mengatakannya setiap hari, dan melakukannya dengan segenap kemampuan tangan kita.
II. Apa Rahasia Pendidikan menurut Ulangan 6:4-9
1. Latar Belakang Kitab Ulangan
Sebelum memahami keunikan Ulangan 6: 4-9, sebaiknya kita terlebih dahulu mamahami latar belakang dan keunikan Kitab Ulangan itu sendiri. Kitab Ulangan adalah salah satu kitab yang ditulis oleh Musa dengan tujuan mengingatkan orang Israel akan kesetiaan Allah dan untuk mendorong mereka agar mengasihi Tuhan dengan segenap hati mereka.2 Dalam kitab ini Musa sedang berhadapan dengan generasi baru yang dipersiapkan untuk memasuki tanah Perjanjian.3 Generasi baru ini ditantang oleh Musa untuk sungguh-sungguh mentaati syarat-syarat Perjanjian Sinai dan mengikut Tuhan dengan segenap hati mereka. Kitab Ulangan juga memiliki struktur dan bentuk sastra yang unik. Lasor dan rekan-rekannya mengatakan bahwa Kitab Ulangan merupakan bagian dari amanat Musa yang berbentuk pidato atau khotbah.4 Melihat akan latar belakang dan keunikan strukturnya dapat disimpulkan bahwa kitab Ulangan berisikan ketetapan-ketetapan dan nasehat-nasehat yang penting dan yang harus dilakukan oleh orang Israel dan keturunannya. Secara khusus posisi Ulangan 6 ditempatkan sebagai ketetapan- ketetapan yang berkaitan dengan 10 perintah Allah dengan penekanan utama pada perintah mengasihi Allah yang Esa dengan sepenuh hati, jiwa dan kekuatan.
2. Keunikan Ulangan 6: 4-9 Dalam Pendidikan Anak Bangsa Israel.
Ulangan 6:4-9 didahului dengan perintah Allah agar bangsa Israel melakukan dan memegang teguh segala perintah dan peraturan yang Allah berikan dengan disertai janji berkat jika mereka setia melakukannya. (ayat 1-3).5 Perintah ini diberikan dalam kaitan dengan persiapan mereka memasuki Kanaan (ayat 3). Tujuan perintah ini diberikan adalah supaya bangsa Israel melakukannya ketika mereka masuk dan hidup di tanah Perjanjian. Selain itu, Ulangan 6:4-9 juga merupakan bagian yang sangat penting dalam kehidupan bangsa Israel, karena berkaitan dengan perintah “syema” yang juga harus diajarkan kepada seluruh anggota keluarga termasuk anak-anak.. Dalam tradisi Yahudi kata “syema” disebut sebagai “the fudamental truth of Israel’s religion” and “ the fudamental duty founded upon it”6 Lebih lanjut, Robert R. Boehlke mengatakan bahwa perintah “syema” dalam Ulangan 6:4-9 merupakan suatu patokan bagi keluarga Yahudi yang harus dilaksanakan,...7. “Syema” merupakan merupakan inti dari pengakuan iman bangsa Israel.8 Dalam perkambangan berikutnya “syema” menjadi bagian penting bagi kehidupan bangsa Israel dan menjadi dasar bagi pendidikan kepada anak-anak mereka.
B. Pentingnya Pendidikan Anak Menurut Ulangan 6:4-9
Melalui bagian ini kita dapat menemukan beberapa prinsip penting yang mendasari pentingnya pendidikan anak.
1. Pendidikan Harus Berkaitan Dengan “[m;v.” = Syema”( 6:4).
Ayat 4 diawali dengan kata perintah “ dengarlah ([m;v = syema)”. Kata “syema (dengarlah)” sudah muncul dalam Ulangan 5:1 sebagai pengantar dari bagian yang berbicara mengenai 10 hukum Allah. Dalam tradisi Yudaisme Ulangan 6:4 ini menjadi suatu pengakuan iman yang wajib diucapkan tiap pagi dan tiap malam (bnd. ayat 7) . Perintah “syema” ini berkaitan erat dengan pernyataan “pengakuan bahwa Allah itu Esa” yang merupakan kebenaran yang fundamental bagi agama Israel dan sikap mereka kepada Allah.9 Kata “esa (dx\a,=ekhad)” yang dikaitkan dengan perintah “syema” bukan hanya mengatakan tentang “keunikan” Allah tetapi juga “kesatuan (unity)” Allah.10 Secara lengkap instruksi syema berbunyi : Dengarlah, hai orang Israel : Tuhan itu Allah yang Esa ! Ulangan 6: 4 dapat disebut sebagai dogma fundamental dari Perjanjian Lama yang disebut oleh Tuhan Yesus sebagai yang paling penting dari semua hukum.. Seluruh tujuan pendidikan Israel ialah menjadikan mereka hidup kudus dan menerapkan ajaran agama dalam kehidupan praktis.
2. Pendidikan Harus Diberikan Dengan Bertanggung Jawab. (ayat 7)
Begitu pentingnya instruksi “syema” bagi kehidupan bangsa Israel, maka hal itu harus dilakukan dengan serius. Keseriusan dalam melakukan dan mengajarkan “syema” dapat dilihat dari beberapa metode yang harus dilakukan.
a. “ Harus Diajarkan Secara Berulang-ulang “!nv=syanan”
Kata “!nv=syanan” dapat diartikan sebagai “mengajarkan kata-kata yang penting dengan tekun/berulang-ulang/dengan sejelas mungkin”.15 Sementara itu J. I. Packer, mengatakan bahwa frase “mengajarkan berulang-ulang” berasal dari sebuah kata Ibrani yang biasanya mengacu kepada hal menajamkan sebuah alat atau mengasah sebuah pisau. Apa yang dilakukan batu asah untuk mata pisau , demikian pula pendidikan untuk anak.16 Itulah sebabnya NIV menterjemahkan “impress them on your children.17 Sedangkan LAI menterjemahkan dengan “ mengajarkannya berulang-ulang”. Penekanan pentingnya mengajarkan dengan mengulang bertujuan agar mereka dapat mengingat, memahami dengan jelas dan melakukannya.
b. “Harus Diajarkan Dalam Setiap Kesempatan”
Keseriusan di dalam mengajarkan “syema” selain diulang-ulang juga harus dilaksanakan setiap waktu dan disetiap tempat. Kalimat,” membicarakannya apabila engkau duduk dirumahmu, dalam perjalanan, berbaring maupun bangun” menunjukkan betapa seriusnya pengajaran “syema” ini. Dimanapun ada kesempatan maka “syema” harus di ajarkan.
c. Harus Diajarkan Dengan Prinsip Keteladanan (ayat 16-19)
Selain mengajar dengan berulang-ulang, orang tua dituntut untuk melakukan terlebih dahulu apa yang Tuhan inginkan (Ulangan 6: 16-19). Pada bagian ini Musa menyampaikan kepada orang tua bahwa ada dua cara dasar untuk mengajar anak mereka yakni instruksi yang bersifat formal (mengajar) dan informal. Melalui instruksi formal mereka harus mengajar tentang kebenaran. Sedangkan melalui instruksi informal mereka mengajar dengan menjadi teladan dalam menjalankan kebenaran dalam kehidupan sehari-hari. Melalui metode pendidikan dengan instruksi “syema” ini menunjukkan bahwa Allah sangat memperhatikan tentang pentingnya pendidikan dan bagaimana proses pendidikan itu dapat diberikan dengan benar dan bertanggung jawab.
3. Pendidikan Harus Diberikan Sejak Anak-anak (6:7; 20-25)
Sejak awal masa anak-anak , seorang anak laki-laki telah belajar sejarah Israel. Anak-anak belajar bahwa bangsa Israel telah mengikat perjanjian dengan Allah, Perjanjian itu menempatkan batasan-batasan tertentu pada mereka.. Allah menginginkan agar anak-anak belajar bahwa bangsa Israel telah mengikat perjanjian dengan Dia. Sebagai bangsa yang terikat perjanjian dengan Allah, maka mereka harus hidup bertanggung jawab kepada Allah dan mengasihi Allah karena Ia telah menebus mereka. Dalam perkembangannya, pentingnya pendidikan sejak anak-anak ini dikaitkan dengan pengaruhnya terhadap masa depan mereka (bnd. Amsal 22:6).
4. Pendidikan Adalah Tanggung Jawab Orang Tua (ayat 7)
Kalimat dalam ayat 7 “haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu” dan dalam ayat 21 “maka haruslah engkau menjawab anakmu..” menunjukkan bahwa orang tua memiliki tugas dan tanggung jawab dalam pendidikan anak-anak mereka. Oleh karena perintah ini berkiatan dengan instruksi syema, maka orang tua pertama-tama bertanggung jawab atas pendidikan rohani anak-anak mereka. Ini merupakan tugas yang sangat mendasar dan penting untuk dilakukan orang tua kepada anak-anaknya. Orang tua dianggap yang paling bertangung jawab dalam pendidikan anak-anak oleh karena mereka adalah orang yang terdekat. Sebagaimana dikatakan oleh J
III. KESIMPULAN
Melalui pembahasan ini, dapat disimpulkan bahwa Allah sangat mementingkan pendidikan anak dan peranan serta tanggung jawab orang tua dalam mendidik anak-anak mereka dengan benar. Di era global ini banyak orang tua yang kurang menyadari betapa pentingnya peranan mereka dalam pendidikan anak-anak. Banyak orang tua yang hidupnya mapan cenderung berfikir bahwa dengan menyediakan pengasuh bagi anak-anaknya, menyekolahkan mereka disekolah yang terbaik itu sudah cukup. Mereka tidak lagi mau untuk direpotkan; mereka cenderung berfikir pragmatis. Sedangkan bagi mereka yang harus berjuang uintuk memenuhi kehidupan mereka tidak ada waktu yang cukup untuk memikirkan tentang bagaimana memberikan pendidikan yang benar dan sehat bagi anak-anak mereka. Waktu mereka telah banyak terkuras hanya pada masalah-masalah yang berkaitan dengan upaya untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Hal ini menyadarkan kita tentang betapa pentingnya untuk menekankan kembali peranan dan tanggung jawab orang tua dalam pendidikan anak , khususnya pada masa kini. Berdasarkan uraian di atas, maka dalam kesempatan ini saya ingin membagikan beberapa hal penting yang harus dimiliki para orang tua Kristen berkaitan dengan peranan mereka dalam pendidikan anak.
Pertama, para orang tua Kristen harus memperhatikan dan menghargai pentingnya kebutuhan rohani anak-anak. Tujuan utama pendidikan Kristen adalah membawa setiap orang termasuk anak-anak mengenal Allah dengan benar di dalam Kristus. Pengenalan akan Allah sangatlah penting dan hal yang mendasar bagi kehidupan Kristen. John Calvin dalam bukunya “Institutio” menempatkan pengenalan akan Allah dan diri sendiri menjadi dasar bagi hikmat manusia.28 Pengenalan akan Allah adalah panggilan dan tujuan hidup manusia. Katakismus Singkat Westminter orang protestan dengan jelas mengungkapkan bahwa tujuan tertinggi manusia adalah mempermuliakan Allah dan memperkenankan Dia selamanya.29
Sementara itu, Philip dalam bukunya “Kacau Dalam Kotak Mainan”32 menambahkan bahwa Film-film kartun yang beorientasi pada hal-hal seksual, okultisme dan kekerasan bagi anak-anak sama buruknya dengan televisi dan bioskop yang beorientasi pada hal-hal seksual, okultisme dan kekerasan bagi orang dewasa.33 Melihat hal ini, maka pendidikan rohani anak-anak merupakan hal yang harus segera dilakukan dan diperhatikan oleh orang tua dengan serius. Jika tidak maka anak-anak kita dengan mudahnya akan menjadi orang yang melawan Tuhan. Para orang tua Kristen harus menyadari bahwa anak-anak juga perlu segera untuk dibebaskan dan diselamatkan dari cengkraman kuasa dosa. Dengan kata lain, mereka juga memiliki kebutuhan rohani yang sama dengan orang dewasa yaitu membutuhkan karya penebusan Kristus. Itulah sebabnya, orang tua Kristen pertama-tama harus berupaya membawa anak-anak memiliki hubungan yang benar dengan Kristus. Perhatian utama orang tua Kristen adalah bagaimana membawa setiap anak mengenal dan menerima Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat. Kristus datang ke dunia bertujuan untuk membebaskan manusia dari belenggu dosa dan membawa kembali dalam relasi yang benar dengan Allah. Setiap orang yang bertobat dan percaya kepada-Nya akan mendapatkan pengampunan dosa, dibenarkan, diperdamaikan, dikuduskan, menjadi anak-anak Allah dan mendapatkan hidup kekal. Dengan ini manusia barulah dapat mengenal Allah dengan benar dan memuliakan Allah (I Korintus 10:31). Hidupnya tidak lagi berorientasi pada dosa tetapi untuk kemuliaan Allah. Itulah sebabnya, orang tua juga harus menyadari dan berupaya dengan sungguh-sungguh bagaimana membawa anak-anak mereka berjumpa dengan Kristus dan membimbing mereka untuk hidup sesuai dengan kehendak-Nya dan menggenapkan apa yang Tuhan kehendaki di dalam segala aspek kehidupannya. Seperti yang dikatakan oleh Gary J. Oliver bahwa :
“Kedua, Para orang tua Kristen harus mengembangkan dan mengarahkan potensi anak dengan benar dan bertanggung jawab dihadapan Allah. Alkitab menyatakan bahwa manusia dicipta “serupa dengan gambar dan rupa Allah sendiri.” Anthony Hoekema, dalam bukunya “Manusia Ciptaan Menurut Gambar Allah” dalam penjelasannya tentang hakekat manusia sebagai “gambar dan Rupa Allah” mengatakan bahwa manusia selain memiliki tujuan hidup yang harus terarah pada Allah dan bertanggung jawab kepada-Nya, manusia juga memiliki salah satu tugas penting yaitu dipanggil untuk mengembangkan semua potensi yang ditemukan di dalam alam dan di dalam diri umat manusia.35
Ini berarti, manusia mampu mengelolah dan mengusahakan alam. Dengan potensinya manusia bukan hanya dapat mengembangkan bidang agrikultural, pengembangbiakan binatang, tetapi juga ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. Manusia dipanggil untuk mengelolah alam dan segala isinya melalui segala potensi yang ada didalam diri dengan bertangung jawab kepada Allah. Dengan kata lain, segala potensi yang ada dalam dirinya, manusia dipanggil untuk mengelolah dan memelihara alam ini untuk kemuliaan Allah. Melihat potensi manusia (termasuk anak-anak) yang sedemikian luar biasa, maka sudah seharusnyalah para orang tua mengarahkan dan mengembangkan potensi itu dengan benar dan bertanggung jawab di hadapan Allah. Dengan kata lain, para orang tua harus menyediakan pendidikan yang bersifat holistik yaitu pendidikan yang dapat mengintegrasikan iman dengan kehidupan sehari-hari; menekankan keseimbangan antara kemampuan intelek dengan karakter dan moralitas anak; mengembangkan anak sesuai dengan potensinya secara bertanggung jawab agar mereka kelak depat mempertanggung jawabkan potensinya sesuai dengan kehendak dan rencana Tuhan. Dengan demikian, mereka akan menjadi alat Tuhan yang mendatangkan kemuliaan bagi Nama-Nya. Bukan seorang koruptor , atau penjahat.
Ketiga, para orang tua Kristen harus rela melibatkan diri dalam pendidikan anak-anaknya melalui perhatian,pendampingan, bimbingan dan keteladanan yang benar. Tanggung Jawab dan peran orang tua dalam pendidikan anak-anak merupakan sebuah tugas yang mulia. Josh McDowell dalam bukunya “The Father Connection” yang secara khusus menyoroti peran ayah dalam pendidikan anak mengatakan bahwa menjadi ayah merupakan pekerjaan yang sangat dibutuhkan di dunia. Hubungan seorang anak dengan ayah merupakan sebuah faktor yang menentukan dalam kesehatan, perkembangan dan kebahagiaan pemuda atau pemudi.36 Sementara itu Gary J. Oliver memberikan beberapa prinsip penting berkaitan dengan paranan orang tua dalam membentuk keluarga Kristiani yang sehat dan memberikan pengaruh positif bagi pendidikan anak. Pertama, Orang tua harus membangun pola hubungan seperti pola Allah berkomunikasi kepada anak-anak-Nya , dimana anugerah berlimpah itu ditunjukkan dan kebenaran benar-benar di praktikkan, bukan sekedar dibicarakan. Kedua, menyediakan suasana yang penuh dukungan, dorongan dan kesempatan yang positif untuk bertumbuh, termasuk di dalamnya kesediaan antar anggota untuk saling menolong dalam meraih pengetahuan, pemahaman dan penerimaan akan Allah dan Yesus Kristus. Ketiga, orang tua harus menjadi teladan yang nyata sebagai orang yang dibentuk menjadi serupa dengan gambar Allah. Selanjutnya Gary J. Oliver mengutip perkataan Andrew Murray dalam bukunya “How To Raise Your Children for Christ” yang menekankan pentingnya keteladanan, mengatakan :
“Kekuatan dalam mendidik anak tidak terletak pada perkataan atau pengajaran kita , tetapi pada diri dan tindakan kita. Tidak pada apa yang kita pikirkan tentang pengajaran ideal bagi anak kita, tetapi melalui hidup, kita mendidik mereka . Bukan harapan atau teori kita, tetapi kemauan dan kehidupan nyata kitalah yang mendidik mereka. Dengan hidup seperti Kristus kita membuktikan bahwa kita mengasihi kehidupan Kristus , bahwa kita memilikinya ; dan dengan demikian mempengaruhi orang muda untuk juga mencintai dan memilikinya .
Jelaslah bahwa keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak-anak melalui perhatian, pendampingan, bimbingan dan keteladanan yang benar sangat diperlukan pada masa kini. Hal itu akan memberikan pengaruh yang sangat besar bagi pekembangan dan masa depan anak kita. Sebagai orang tua, kita dipanggil oleh Allah dengan tugas untuk memimpin, mengarahkan, mengasuh dan mendisiplin anak-anak kita dengan bertanggung jawab, supaya anak-anak kita kelak menjadi orang yang hidup di dalam kehendak Tuhan dan memuliakan Nama-Nya. Dan tidak ada orang tua yang berbahagia bila anaknya seorang perampok yang ulung, penjahat yang ulung, bahkan berada dalam lembaga pemasyarakatan , malam hari berada di Club-club , tempat hiburan-hiburan. Tetapi pengaharapan setiap orang tua yang paling besar untuk bersukacita ( dalam buku 3 Yoh 1 : 4) bila anak-anaknya hidup dalam kebenaran . Tuhan memberkati....... Amin !!!
Ulangan 6 ; 1 – 9
3 Yoh 1 : 4
Pendidikan merupakan topik yang tidak dapat dipisahkan dari sejarah kehidupan manusia. Secara sederhana, pendidikan dapat diartikan sebagai sebuah proses belajar-mengajar, memberikan dan menghasilkan pengetahuan dan keahlian. Sementara itu Samuel Sijabat mengutip definisi dari Ensiklopedi Pendidikan mengatakan bahwa pendidikan dapat diartikan “semua perbuatan dan usaha dari generasi tua untuk mengalihkan pengetahuannya, pengalamannya, kecakapannya, serta ketrampilannya kepada generasi muda sebagai usaha menyiapkannya agar dapat memenuhi fungsi hidupnya baik jasmaniah maupun rohaniah.1 Dengan pengertian di atas, maka setiap orang atau masyarakat pasti terlibat di dalam pendidikan baik itu formal maupun informal. Itulah sebabnya, pendidikan tetap menjadi topik yang sangat penting untuk dibahas.
I. MENGAPA PENDIDIKAN ITU SANGAT PENTING BAGI ANAK
DITINJAU DARI SEGI KEJIWAAN
1. Apa yang dialami seorang anak akan berpengaruh seumur hidupnya. Golongan "Psikoanalisis" berpendapat bahwa pukulan berat yang dialami seseorang pada masa kecilnya dapat memengaruhi kejiwaan dan hidupnya pada masa dewasa. Golongan "Behavioris" juga menegaskan bahwa lingkungan hidup seseorang pada masa kecilnya mempunyai pengaruh yang amat besar.
2. Kepribadian seorang anak akan mudah dibentuk pada usia dini. Masa kanak-kanak memang bersifat lentur, mudah dibentuk. Lingkungan, masyarakat, kebudayaan, pendidikan, dan sebagainya dapat memberikan pengaruh secara langsung atau mengubah kepribadian dan tingkah laku seseorang. Sebab itu, amatlah penting bagi seorang guru untuk sedini mungkin membentuk muridnya dengan kebenaran, supaya sejak kecil teladan hidup Kristus sudah bertunas dan bertumbuh dalam hatinya.
3. Semua segi perkembangan seorang anak perlu mendapatkan pembinaan. Masa kanak-kanak sampai masa remaja merupakan masa perkembangan yang paling penting dalam hidup seseorang. Apabila keluarga dan gereja dapat mendidik mereka dengan baik, mereka pasti dapat bertumbuh dengan wajar dan baik secara jasmani, mental, kepribadian, emosi, pergaulan maupun kerohanian.
4. Kanak-kanak bagaikan selembar kertas putih, yang menunggu orang dewasa untuk mengisinya. Itulah sepatah kata yang termasyhur dari John Locke, pencetus teori "Tabularasa". Ia berpendapat ketika manusia dilahirkan pikirannya seperti selembar kertas yang putih bersih, segala kesan yang diperoleh kemudian melalui sentuhan pancaindera, akan secara bertahap mengisi rasa ingin tahunya, khususnya mengenai inti kehidupan manusia yang harus ia ketahui.
Untuk itulah pada sabat ini sebagai hari pendidikan nasional secara khusus akan membahas pandangan Alkitab tentang pentingnya pendidikan. Menurut Alkitab yang berdasarkan Ulangan 6:1 -9.
Masa anak-anak adalah masa yang sangat penting. Masa ini adalah masa yang tidak akan terulang dan yang memberikan kesan yang paling mendalam serta menentukan masa depan seseorang. Selain itu, anak-anak juga merupakan generasi penerus, baik bagi keluarga, masyarakat maupun gereja. Secara khusus, berkaitan dengan masa depan gereja, anak-anak adalah generasi penerus gereja yang harus diperhatikan dengan sungguh-sungguh. Jatuh bangunnya gereja dimasa yang akan datang sangat ditentukan oleh perhatian dan pendidikan yang kita berikan kepada anak-anak.
Selain itu, Tuhan sendiri sangat menghargai anak-anak. Tuhan Yesus selama pelayanannya dibumi juga sangat menghargai anak-anak. Dia membiarkan anak-anak itu datang kepada-Nya, bahkan Dia menjadikan anak sebagai kriteria masuk surga. Kristus juga memberikan perintah agar murid-murid-Nya “menggembalakan domba-domba kecil-Nya” (Yohanes 21:3). Itulah sebabnya, masalah pentingnya pendidikan anak merupakan topik yang sangat menarik untuk dibahas.
Banyak pakar-pakar pendidikan yang telah membahas akan hal ini Sebagian besar pembahasannya ditinjau dari sudut pandang filsafat pendidikan, sosiologis dan psikologis. Namun, sebagai seorang Kristen, tidaklah salah jika kita juga melihat masalah ini dari sudut pandang Firman Tuhan, khususnya dari Perjanjian Lama.
Perjanjian Lama adalah Firman Allah yang merupakan dasar dan otoritas tertinggi bagi konsep, prinsip dan prilaku manusia. (2 Timotius 3:15-16). Disamping itu, Perjanjian Lama juga sangat memperhatikan pentingnya pendidikan anak. Perintah untuk memperhatikan pentingnya pendidikan anak diberikan Allah sendiri sejak zaman Abraham (Kejadian 18:19), dilanjutkan pada zaman Musa (Keluaran 12:26-27) dan dipertegas kembali dalam Ulangan 4:9 ; 6:1-9; 11:18-21 yang selanjutnya juga menjadi perhatian orang-orang bijak (Amsal 1:8; 22:6; 29:17; Pengkhotbah 12:1). Dengan demikian, sangatlah tepat jika Perjanjian Lama, dijadikan dasar untuk memahami pentingnya pendidikan anak. Salah satu bagian Perjanjian Lama yang perlu dijadikan dasar untuk memahami pentingnya pendidikan anak adalah Ulangan 6:4-9.
Bagi orang Israel, pendidikan -- khususnya pendidikan rohani -- merupakan bagian integral dari perjanjian antara Allah dengan umat-Nya. Ulangan 6:4 memuat "Shema", yaitu doa yang diucapkan dua kali sehari, setiap pagi dan petang dalam ibadah di sinagoge. Ayat ini amat penting karena merupakan pengakuan iman yang sangat tegas akan Tuhan (Yahweh) sebagai satu-satunya Allah yang layak disembah:
"Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa!" (Ulangan 6:4)
Pernyataan ini kemudian langsung dilanjutkan dengan perintah rangkap untuk mengasihi Tuhan dengan segenap hati, jiwa, dan kekuatan mereka (ayat 5), menaruh perintah itu dalam hati (ayat 6), mengajarkannya kepada anak-anak mereka secara berulang-ulang (ayat 7), mengikatkannya sebagai tanda pada tangan dan dahi (ayat 8), dan menuliskannya di pintu rumah dan gerbang (ayat 9).
PENERAPAN PENDIDIKAN PL UNTUK ERA MODERN
Era modern mengubah cara pandang para pendidik Kristen dalam mendidik anak. Toleransi tinggi dan keleluasaan tidak terbatas cenderung menjadi gaya pendidikan saat ini. Sebenarnya justru dalam era modern sekarang, pendidik Kristen harus menerapkan beberapa prinsip dalam Perjanjian Lama yang lebih disiplin dalam hal pendidikan anak.
Tanggung jawab pendidikan Kristen memang bukan tugas yang mudah, baik bagi bangsa Israel pada zaman Perjanjian Lama maupun bagi kita pada zaman sekarang. Setiap zaman memiliki kesulitan dan pergumulan masing-masing, namun prinsip-prinsip dasar pendidikan Kristen yang Alkitabiah tetap bertahan di tengah berbagai teori pendidikan baru yang muncul. Jika orang Israel menafsirkan Keluaran 13:9 atau Ulangan 6:8 secara harafiah dengan mengikatkan tali sembahyang pada lengan dan dahi mereka,
"Hal itu bagimu harus menjadi tanda pada tanganmu dan menjadi peringatan di dahimu, supaya hukum TUHAN ada di bibirmu;" (Keluaran 13:9a)
maka saat ini kita yang sudah mengerti makna sesungguhnya dari perintah ini harus senantiasa merenungkannya dalam pemikiran kita, mengatakannya setiap hari, dan melakukannya dengan segenap kemampuan tangan kita.
II. Apa Rahasia Pendidikan menurut Ulangan 6:4-9
1. Latar Belakang Kitab Ulangan
Sebelum memahami keunikan Ulangan 6: 4-9, sebaiknya kita terlebih dahulu mamahami latar belakang dan keunikan Kitab Ulangan itu sendiri. Kitab Ulangan adalah salah satu kitab yang ditulis oleh Musa dengan tujuan mengingatkan orang Israel akan kesetiaan Allah dan untuk mendorong mereka agar mengasihi Tuhan dengan segenap hati mereka.2 Dalam kitab ini Musa sedang berhadapan dengan generasi baru yang dipersiapkan untuk memasuki tanah Perjanjian.3 Generasi baru ini ditantang oleh Musa untuk sungguh-sungguh mentaati syarat-syarat Perjanjian Sinai dan mengikut Tuhan dengan segenap hati mereka. Kitab Ulangan juga memiliki struktur dan bentuk sastra yang unik. Lasor dan rekan-rekannya mengatakan bahwa Kitab Ulangan merupakan bagian dari amanat Musa yang berbentuk pidato atau khotbah.4 Melihat akan latar belakang dan keunikan strukturnya dapat disimpulkan bahwa kitab Ulangan berisikan ketetapan-ketetapan dan nasehat-nasehat yang penting dan yang harus dilakukan oleh orang Israel dan keturunannya. Secara khusus posisi Ulangan 6 ditempatkan sebagai ketetapan- ketetapan yang berkaitan dengan 10 perintah Allah dengan penekanan utama pada perintah mengasihi Allah yang Esa dengan sepenuh hati, jiwa dan kekuatan.
2. Keunikan Ulangan 6: 4-9 Dalam Pendidikan Anak Bangsa Israel.
Ulangan 6:4-9 didahului dengan perintah Allah agar bangsa Israel melakukan dan memegang teguh segala perintah dan peraturan yang Allah berikan dengan disertai janji berkat jika mereka setia melakukannya. (ayat 1-3).5 Perintah ini diberikan dalam kaitan dengan persiapan mereka memasuki Kanaan (ayat 3). Tujuan perintah ini diberikan adalah supaya bangsa Israel melakukannya ketika mereka masuk dan hidup di tanah Perjanjian. Selain itu, Ulangan 6:4-9 juga merupakan bagian yang sangat penting dalam kehidupan bangsa Israel, karena berkaitan dengan perintah “syema” yang juga harus diajarkan kepada seluruh anggota keluarga termasuk anak-anak.. Dalam tradisi Yahudi kata “syema” disebut sebagai “the fudamental truth of Israel’s religion” and “ the fudamental duty founded upon it”6 Lebih lanjut, Robert R. Boehlke mengatakan bahwa perintah “syema” dalam Ulangan 6:4-9 merupakan suatu patokan bagi keluarga Yahudi yang harus dilaksanakan,...7. “Syema” merupakan merupakan inti dari pengakuan iman bangsa Israel.8 Dalam perkambangan berikutnya “syema” menjadi bagian penting bagi kehidupan bangsa Israel dan menjadi dasar bagi pendidikan kepada anak-anak mereka.
B. Pentingnya Pendidikan Anak Menurut Ulangan 6:4-9
Melalui bagian ini kita dapat menemukan beberapa prinsip penting yang mendasari pentingnya pendidikan anak.
1. Pendidikan Harus Berkaitan Dengan “[m;v.” = Syema”( 6:4).
Ayat 4 diawali dengan kata perintah “ dengarlah ([m;v = syema)”. Kata “syema (dengarlah)” sudah muncul dalam Ulangan 5:1 sebagai pengantar dari bagian yang berbicara mengenai 10 hukum Allah. Dalam tradisi Yudaisme Ulangan 6:4 ini menjadi suatu pengakuan iman yang wajib diucapkan tiap pagi dan tiap malam (bnd. ayat 7) . Perintah “syema” ini berkaitan erat dengan pernyataan “pengakuan bahwa Allah itu Esa” yang merupakan kebenaran yang fundamental bagi agama Israel dan sikap mereka kepada Allah.9 Kata “esa (dx\a,=ekhad)” yang dikaitkan dengan perintah “syema” bukan hanya mengatakan tentang “keunikan” Allah tetapi juga “kesatuan (unity)” Allah.10 Secara lengkap instruksi syema berbunyi : Dengarlah, hai orang Israel : Tuhan itu Allah yang Esa ! Ulangan 6: 4 dapat disebut sebagai dogma fundamental dari Perjanjian Lama yang disebut oleh Tuhan Yesus sebagai yang paling penting dari semua hukum.. Seluruh tujuan pendidikan Israel ialah menjadikan mereka hidup kudus dan menerapkan ajaran agama dalam kehidupan praktis.
2. Pendidikan Harus Diberikan Dengan Bertanggung Jawab. (ayat 7)
Begitu pentingnya instruksi “syema” bagi kehidupan bangsa Israel, maka hal itu harus dilakukan dengan serius. Keseriusan dalam melakukan dan mengajarkan “syema” dapat dilihat dari beberapa metode yang harus dilakukan.
a. “ Harus Diajarkan Secara Berulang-ulang “!nv=syanan”
Kata “!nv=syanan” dapat diartikan sebagai “mengajarkan kata-kata yang penting dengan tekun/berulang-ulang/dengan sejelas mungkin”.15 Sementara itu J. I. Packer, mengatakan bahwa frase “mengajarkan berulang-ulang” berasal dari sebuah kata Ibrani yang biasanya mengacu kepada hal menajamkan sebuah alat atau mengasah sebuah pisau. Apa yang dilakukan batu asah untuk mata pisau , demikian pula pendidikan untuk anak.16 Itulah sebabnya NIV menterjemahkan “impress them on your children.17 Sedangkan LAI menterjemahkan dengan “ mengajarkannya berulang-ulang”. Penekanan pentingnya mengajarkan dengan mengulang bertujuan agar mereka dapat mengingat, memahami dengan jelas dan melakukannya.
b. “Harus Diajarkan Dalam Setiap Kesempatan”
Keseriusan di dalam mengajarkan “syema” selain diulang-ulang juga harus dilaksanakan setiap waktu dan disetiap tempat. Kalimat,” membicarakannya apabila engkau duduk dirumahmu, dalam perjalanan, berbaring maupun bangun” menunjukkan betapa seriusnya pengajaran “syema” ini. Dimanapun ada kesempatan maka “syema” harus di ajarkan.
c. Harus Diajarkan Dengan Prinsip Keteladanan (ayat 16-19)
Selain mengajar dengan berulang-ulang, orang tua dituntut untuk melakukan terlebih dahulu apa yang Tuhan inginkan (Ulangan 6: 16-19). Pada bagian ini Musa menyampaikan kepada orang tua bahwa ada dua cara dasar untuk mengajar anak mereka yakni instruksi yang bersifat formal (mengajar) dan informal. Melalui instruksi formal mereka harus mengajar tentang kebenaran. Sedangkan melalui instruksi informal mereka mengajar dengan menjadi teladan dalam menjalankan kebenaran dalam kehidupan sehari-hari. Melalui metode pendidikan dengan instruksi “syema” ini menunjukkan bahwa Allah sangat memperhatikan tentang pentingnya pendidikan dan bagaimana proses pendidikan itu dapat diberikan dengan benar dan bertanggung jawab.
3. Pendidikan Harus Diberikan Sejak Anak-anak (6:7; 20-25)
Sejak awal masa anak-anak , seorang anak laki-laki telah belajar sejarah Israel. Anak-anak belajar bahwa bangsa Israel telah mengikat perjanjian dengan Allah, Perjanjian itu menempatkan batasan-batasan tertentu pada mereka.. Allah menginginkan agar anak-anak belajar bahwa bangsa Israel telah mengikat perjanjian dengan Dia. Sebagai bangsa yang terikat perjanjian dengan Allah, maka mereka harus hidup bertanggung jawab kepada Allah dan mengasihi Allah karena Ia telah menebus mereka. Dalam perkembangannya, pentingnya pendidikan sejak anak-anak ini dikaitkan dengan pengaruhnya terhadap masa depan mereka (bnd. Amsal 22:6).
4. Pendidikan Adalah Tanggung Jawab Orang Tua (ayat 7)
Kalimat dalam ayat 7 “haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu” dan dalam ayat 21 “maka haruslah engkau menjawab anakmu..” menunjukkan bahwa orang tua memiliki tugas dan tanggung jawab dalam pendidikan anak-anak mereka. Oleh karena perintah ini berkiatan dengan instruksi syema, maka orang tua pertama-tama bertanggung jawab atas pendidikan rohani anak-anak mereka. Ini merupakan tugas yang sangat mendasar dan penting untuk dilakukan orang tua kepada anak-anaknya. Orang tua dianggap yang paling bertangung jawab dalam pendidikan anak-anak oleh karena mereka adalah orang yang terdekat. Sebagaimana dikatakan oleh J
III. KESIMPULAN
Melalui pembahasan ini, dapat disimpulkan bahwa Allah sangat mementingkan pendidikan anak dan peranan serta tanggung jawab orang tua dalam mendidik anak-anak mereka dengan benar. Di era global ini banyak orang tua yang kurang menyadari betapa pentingnya peranan mereka dalam pendidikan anak-anak. Banyak orang tua yang hidupnya mapan cenderung berfikir bahwa dengan menyediakan pengasuh bagi anak-anaknya, menyekolahkan mereka disekolah yang terbaik itu sudah cukup. Mereka tidak lagi mau untuk direpotkan; mereka cenderung berfikir pragmatis. Sedangkan bagi mereka yang harus berjuang uintuk memenuhi kehidupan mereka tidak ada waktu yang cukup untuk memikirkan tentang bagaimana memberikan pendidikan yang benar dan sehat bagi anak-anak mereka. Waktu mereka telah banyak terkuras hanya pada masalah-masalah yang berkaitan dengan upaya untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Hal ini menyadarkan kita tentang betapa pentingnya untuk menekankan kembali peranan dan tanggung jawab orang tua dalam pendidikan anak , khususnya pada masa kini. Berdasarkan uraian di atas, maka dalam kesempatan ini saya ingin membagikan beberapa hal penting yang harus dimiliki para orang tua Kristen berkaitan dengan peranan mereka dalam pendidikan anak.
Pertama, para orang tua Kristen harus memperhatikan dan menghargai pentingnya kebutuhan rohani anak-anak. Tujuan utama pendidikan Kristen adalah membawa setiap orang termasuk anak-anak mengenal Allah dengan benar di dalam Kristus. Pengenalan akan Allah sangatlah penting dan hal yang mendasar bagi kehidupan Kristen. John Calvin dalam bukunya “Institutio” menempatkan pengenalan akan Allah dan diri sendiri menjadi dasar bagi hikmat manusia.28 Pengenalan akan Allah adalah panggilan dan tujuan hidup manusia. Katakismus Singkat Westminter orang protestan dengan jelas mengungkapkan bahwa tujuan tertinggi manusia adalah mempermuliakan Allah dan memperkenankan Dia selamanya.29
Sementara itu, Philip dalam bukunya “Kacau Dalam Kotak Mainan”32 menambahkan bahwa Film-film kartun yang beorientasi pada hal-hal seksual, okultisme dan kekerasan bagi anak-anak sama buruknya dengan televisi dan bioskop yang beorientasi pada hal-hal seksual, okultisme dan kekerasan bagi orang dewasa.33 Melihat hal ini, maka pendidikan rohani anak-anak merupakan hal yang harus segera dilakukan dan diperhatikan oleh orang tua dengan serius. Jika tidak maka anak-anak kita dengan mudahnya akan menjadi orang yang melawan Tuhan. Para orang tua Kristen harus menyadari bahwa anak-anak juga perlu segera untuk dibebaskan dan diselamatkan dari cengkraman kuasa dosa. Dengan kata lain, mereka juga memiliki kebutuhan rohani yang sama dengan orang dewasa yaitu membutuhkan karya penebusan Kristus. Itulah sebabnya, orang tua Kristen pertama-tama harus berupaya membawa anak-anak memiliki hubungan yang benar dengan Kristus. Perhatian utama orang tua Kristen adalah bagaimana membawa setiap anak mengenal dan menerima Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat. Kristus datang ke dunia bertujuan untuk membebaskan manusia dari belenggu dosa dan membawa kembali dalam relasi yang benar dengan Allah. Setiap orang yang bertobat dan percaya kepada-Nya akan mendapatkan pengampunan dosa, dibenarkan, diperdamaikan, dikuduskan, menjadi anak-anak Allah dan mendapatkan hidup kekal. Dengan ini manusia barulah dapat mengenal Allah dengan benar dan memuliakan Allah (I Korintus 10:31). Hidupnya tidak lagi berorientasi pada dosa tetapi untuk kemuliaan Allah. Itulah sebabnya, orang tua juga harus menyadari dan berupaya dengan sungguh-sungguh bagaimana membawa anak-anak mereka berjumpa dengan Kristus dan membimbing mereka untuk hidup sesuai dengan kehendak-Nya dan menggenapkan apa yang Tuhan kehendaki di dalam segala aspek kehidupannya. Seperti yang dikatakan oleh Gary J. Oliver bahwa :
“Kedua, Para orang tua Kristen harus mengembangkan dan mengarahkan potensi anak dengan benar dan bertanggung jawab dihadapan Allah. Alkitab menyatakan bahwa manusia dicipta “serupa dengan gambar dan rupa Allah sendiri.” Anthony Hoekema, dalam bukunya “Manusia Ciptaan Menurut Gambar Allah” dalam penjelasannya tentang hakekat manusia sebagai “gambar dan Rupa Allah” mengatakan bahwa manusia selain memiliki tujuan hidup yang harus terarah pada Allah dan bertanggung jawab kepada-Nya, manusia juga memiliki salah satu tugas penting yaitu dipanggil untuk mengembangkan semua potensi yang ditemukan di dalam alam dan di dalam diri umat manusia.35
Ini berarti, manusia mampu mengelolah dan mengusahakan alam. Dengan potensinya manusia bukan hanya dapat mengembangkan bidang agrikultural, pengembangbiakan binatang, tetapi juga ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. Manusia dipanggil untuk mengelolah alam dan segala isinya melalui segala potensi yang ada didalam diri dengan bertangung jawab kepada Allah. Dengan kata lain, segala potensi yang ada dalam dirinya, manusia dipanggil untuk mengelolah dan memelihara alam ini untuk kemuliaan Allah. Melihat potensi manusia (termasuk anak-anak) yang sedemikian luar biasa, maka sudah seharusnyalah para orang tua mengarahkan dan mengembangkan potensi itu dengan benar dan bertanggung jawab di hadapan Allah. Dengan kata lain, para orang tua harus menyediakan pendidikan yang bersifat holistik yaitu pendidikan yang dapat mengintegrasikan iman dengan kehidupan sehari-hari; menekankan keseimbangan antara kemampuan intelek dengan karakter dan moralitas anak; mengembangkan anak sesuai dengan potensinya secara bertanggung jawab agar mereka kelak depat mempertanggung jawabkan potensinya sesuai dengan kehendak dan rencana Tuhan. Dengan demikian, mereka akan menjadi alat Tuhan yang mendatangkan kemuliaan bagi Nama-Nya. Bukan seorang koruptor , atau penjahat.
Ketiga, para orang tua Kristen harus rela melibatkan diri dalam pendidikan anak-anaknya melalui perhatian,pendampingan, bimbingan dan keteladanan yang benar. Tanggung Jawab dan peran orang tua dalam pendidikan anak-anak merupakan sebuah tugas yang mulia. Josh McDowell dalam bukunya “The Father Connection” yang secara khusus menyoroti peran ayah dalam pendidikan anak mengatakan bahwa menjadi ayah merupakan pekerjaan yang sangat dibutuhkan di dunia. Hubungan seorang anak dengan ayah merupakan sebuah faktor yang menentukan dalam kesehatan, perkembangan dan kebahagiaan pemuda atau pemudi.36 Sementara itu Gary J. Oliver memberikan beberapa prinsip penting berkaitan dengan paranan orang tua dalam membentuk keluarga Kristiani yang sehat dan memberikan pengaruh positif bagi pendidikan anak. Pertama, Orang tua harus membangun pola hubungan seperti pola Allah berkomunikasi kepada anak-anak-Nya , dimana anugerah berlimpah itu ditunjukkan dan kebenaran benar-benar di praktikkan, bukan sekedar dibicarakan. Kedua, menyediakan suasana yang penuh dukungan, dorongan dan kesempatan yang positif untuk bertumbuh, termasuk di dalamnya kesediaan antar anggota untuk saling menolong dalam meraih pengetahuan, pemahaman dan penerimaan akan Allah dan Yesus Kristus. Ketiga, orang tua harus menjadi teladan yang nyata sebagai orang yang dibentuk menjadi serupa dengan gambar Allah. Selanjutnya Gary J. Oliver mengutip perkataan Andrew Murray dalam bukunya “How To Raise Your Children for Christ” yang menekankan pentingnya keteladanan, mengatakan :
“Kekuatan dalam mendidik anak tidak terletak pada perkataan atau pengajaran kita , tetapi pada diri dan tindakan kita. Tidak pada apa yang kita pikirkan tentang pengajaran ideal bagi anak kita, tetapi melalui hidup, kita mendidik mereka . Bukan harapan atau teori kita, tetapi kemauan dan kehidupan nyata kitalah yang mendidik mereka. Dengan hidup seperti Kristus kita membuktikan bahwa kita mengasihi kehidupan Kristus , bahwa kita memilikinya ; dan dengan demikian mempengaruhi orang muda untuk juga mencintai dan memilikinya .
Jelaslah bahwa keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak-anak melalui perhatian, pendampingan, bimbingan dan keteladanan yang benar sangat diperlukan pada masa kini. Hal itu akan memberikan pengaruh yang sangat besar bagi pekembangan dan masa depan anak kita. Sebagai orang tua, kita dipanggil oleh Allah dengan tugas untuk memimpin, mengarahkan, mengasuh dan mendisiplin anak-anak kita dengan bertanggung jawab, supaya anak-anak kita kelak menjadi orang yang hidup di dalam kehendak Tuhan dan memuliakan Nama-Nya. Dan tidak ada orang tua yang berbahagia bila anaknya seorang perampok yang ulung, penjahat yang ulung, bahkan berada dalam lembaga pemasyarakatan , malam hari berada di Club-club , tempat hiburan-hiburan. Tetapi pengaharapan setiap orang tua yang paling besar untuk bersukacita ( dalam buku 3 Yoh 1 : 4) bila anak-anaknya hidup dalam kebenaran . Tuhan memberkati....... Amin !!!
Komentar
tapi gimana caranya mendapatkan buku2 dari nama2 pengarang diatas yah?